Sains vs. Takhayul: Mengapa Kita Masih Percaya pada Hal Gaib?

sains astronomi fisika
Author's profile picture

Muhammad Ridwan

23 Februari 2025

Sains vs. Takhayul: Mengapa Kita Masih Percaya pada Hal Gaib?

Pendahuluan dulu nih

Kita hidup di zaman di mana AI bisa bikin gambar realistis, manusia udah siap koloni di Mars, dan semua informasi ada di ujung jari. Tapi anehnya, banyak orang masih percaya sama dukun, ramalan zodiak, atau mitos yang udah lama dibantah sains. Kenapa bisa gitu? Apakah sains belum cukup menjelaskan dunia, atau otak kita yang masih terperangkap di pola pikir kuno?


Otak Manusia: Mesin Pencari Pola yang Kelewat Rajin

Salah satu alasan utama kita gampang percaya sama hal gaib adalah karena otak kita dirancang buat mencari pola. Ini berguna banget buat nenek moyang kita biar bisa menghindari bahaya. Misalnya, kalau ada semak yang goyang, lebih aman buat mikir itu harimau daripada angin. Kalau salah, paling malu aja. Tapi kalau bener, nyawa yang jadi taruhannya. Nah, mekanisme ini masih nempel di otak kita sampai sekarang.

Akibatnya, kita sering melihat pola di tempat yang sebetulnya acak. Misalnya, melihat wajah di awan, mendengar suara hantu di rekaman rusak, atau percaya kalau kejadian buruk selalu datang bertiga. Ini semua cuma hasil dari otak yang kelewat rajin nyari hubungan antar kejadian yang sebenarnya nggak ada hubungannya sama sekali.


Kenapa Sains Susah Mengalahkan Takhayul?

  1. Sains Ribet, Takhayul Simpel

Percaya bahwa kecelakaan terjadi karena salah parkir di bawah pohon angker jauh lebih gampang dibanding memahami konsep statistik, probabilitas, atau hukum fisika.

  1. Takhayul Ngasih Kenyamanan

Hidup ini nggak pasti, dan ketidakpastian itu bikin stres. Makanya, orang lebih suka percaya kalau ada "kekuatan gaib" yang ngatur segalanya. Ini bikin hidup terasa lebih punya makna dan gampang dipahami.

  1. Pengalaman Pribadi Lebih Kuat dari Data

Orang lebih percaya kalau temannya "beneran lihat hantu" dibanding puluhan studi yang bilang fenomena itu cuma ilusi atau efek psikologi.


Bagaimana Mitos dan Takhayul Bertahan dari Generasi ke Generasi?

Mitos dan takhayul nggak bertahan cuma karena kepercayaan individu, tapi juga karena penyebaran budaya yang terus terjadi dari generasi ke generasi. Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan berbagai macam cerita yang membentuk cara pandang kita terhadap dunia. Misalnya:

  • Larangan duduk di depan pintu karena bisa menghalangi jodoh.
  • Kepercayaan bahwa kucing hitam membawa sial.
  • Mitos tentang roh halus yang menghuni tempat-tempat tertentu.

Sebagian besar dari kepercayaan ini terus bertahan karena diwariskan secara lisan dan diperkuat dengan pengalaman subjektif yang sulit dibuktikan atau disangkal dengan mudah. Belum lagi, film, acara televisi, dan media sosial makin memperkuat kepercayaan ini dengan menghadirkan konten yang menakutkan dan sulit dibantah hanya dengan logika.


Sains: Lilin di Tengah Kegelapan

Carl Sagan dalam bukunya The Demon-Haunted World bilang kalau sains itu kayak lilin di tengah kegelapan. Tujuannya bukan buat ngehancurin keajaiban dunia, tapi buat ngasih pemahaman yang lebih baik.

Misalnya, banyak kejadian mistis bisa dijelaskan dengan sains:

  • "Hantu" yang muncul di rumah tua? Bisa jadi karena gas karbon monoksida yang bikin halusinasi.
  • "Ketempelan"? Bisa jadi sleep paralysis, di mana tubuh belum bangun tapi otak udah sadar.
  • "Ramalan dukun akurat"? Bisa jadi efek Barnum Effect, di mana deskripsi dibuat umum sehingga terasa cocok buat siapa aja.
  • "Suara aneh di rumah kosong"? Bisa jadi karena fenomena infrasound, di mana suara frekuensi rendah bisa bikin perasaan tidak nyaman atau bahkan halusinasi.

Efek Takhayul dalam Kehidupan Sehari-hari

Meskipun tampaknya tidak berbahaya, kepercayaan terhadap takhayul bisa berdampak negatif dalam beberapa aspek kehidupan, misalnya:

  1. Menghambat Pengambilan Keputusan Rasional

Orang yang terlalu percaya pada ramalan atau mitos bisa jadi enggan mengambil keputusan penting dalam hidupnya tanpa "izin" dari faktor eksternal, seperti peramal atau feng shui.

  1. Menyebabkan Ketakutan Tidak Beralasan

Banyak orang yang enggan melakukan sesuatu hanya karena takut terkena sial, padahal hal tersebut tidak memiliki dasar ilmiah.

  1. Membuka Celah untuk Penipuan

Banyak oknum yang memanfaatkan kepercayaan masyarakat terhadap hal mistis untuk mengambil keuntungan, seperti dukun palsu yang menawarkan jasa pengusiran roh jahat dengan tarif tinggi.


Jadi, Haruskah Kita Berhenti Percaya Hal Gaib?

Nggak harus. Percaya atau nggak itu hak masing-masing. Tapi yang jelas, semakin kita memahami dunia dengan sains, semakin kecil kemungkinan kita ditipu sama hoaks, penipuan, atau ketakutan yang nggak perlu. Skeptis itu sehat, selama masih terbuka sama fakta.

Pada akhirnya, dunia ini memang penuh misteri. Tapi bukankah lebih seru kalau kita mencari tahu jawabannya dengan cara yang rasional daripada langsung percaya begitu aja? 😉

Rekomendasi Sains, kehidupan

Rekomendasi Sains, teknologi

Rekomendasi Evolusi, peradaban, sains

Rekomendasi Sains, SMA, matematika, 10

← Kembali ke Blog