Mengapa Kita Suka Percaya UFO dan Konspirasi? Carl Sagan Menjelaskan dengan Logika Sains

sains astronomi fisika
Author's profile picture

Muhammad Ridwan

23 Februari 2025

Mengapa Kita Suka Percaya UFO dan Konspirasi? Carl Sagan Menjelaskan dengan Logika Sains

Pendahuluan dulu nih

Di era digital ini, informasi bisa menyebar dalam hitungan detik. Sayangnya, tidak semua informasi yang kita konsumsi adalah fakta. Salah satu topik yang selalu menarik perhatian banyak orang adalah teori konspirasi dan kisah tentang UFO (Unidentified Flying Object).

Mulai dari klaim bahwa pemerintah menyembunyikan alien di Area 51, hingga gagasan bahwa pendaratan manusia di Bulan adalah hoaks yang direkayasa oleh NASA, teori-teori ini terus bertahan, bahkan semakin berkembang.

Tapi, kenapa manusia begitu tertarik pada teori konspirasi dan kisah-kisah tentang UFO? Mengapa kita begitu mudah percaya pada sesuatu yang belum terbukti?

Carl Sagan, seorang astrofisikawan, kosmolog, dan komunikator sains terkenal, telah lama mempelajari fenomena ini. Dalam bukunya The Demon-Haunted World: Science as a Candle in the Dark, Sagan membahas bagaimana otak manusia bekerja dalam memahami dunia dan mengapa kita sering kali tertarik pada kepercayaan yang tidak berbasis bukti.

Mari kita kupas lebih dalam alasan-alasan mengapa kita begitu mudah terpengaruh oleh cerita-cerita semacam ini dan bagaimana kita bisa membedakan antara sains dan mitos.


Salah satu alasan utama mengapa orang percaya pada UFO dan teori konspirasi adalah karena otak manusia dirancang untuk mencari pola dalam segala sesuatu.

  • Sejak zaman purba, kemampuan ini membantu nenek moyang kita bertahan hidup.
  • Jika mereka melihat semak bergerak, lebih baik menganggap itu harimau daripada angin. Jika salah, mereka hanya merasa takut tanpa alasan, tapi jika benar, mereka bisa selamat.

Kemampuan ini dikenal sebagai pareidolia—fenomena di mana otak kita menginterpretasikan pola acak sebagai sesuatu yang berarti.

  • Itulah sebabnya kita melihat wajah di awan, bayangan aneh di foto, atau bahkan “piring terbang” di langit yang sebenarnya hanyalah pantulan cahaya atau pesawat biasa.
  • Ketika seseorang melihat titik-titik cahaya di langit, otak mereka mencoba menghubungkan pola tersebut menjadi sesuatu yang dikenal—misalnya, pesawat luar angkasa alien.



2. Keinginan untuk Percaya bahwa Kita Tidak Sendirian

Manusia selalu ingin mencari makna dalam kehidupan. Salah satu pertanyaan terbesar yang kita miliki adalah: Apakah kita sendirian di alam semesta?

  • Banyak orang percaya pada keberadaan makhluk luar angkasa karena gagasan ini menarik dan memberi harapan bahwa ada kehidupan lain yang lebih maju di luar sana.
  • Konsep ini telah menjadi bagian dari budaya manusia sejak lama, mulai dari mitologi kuno hingga film sci-fi modern.

Carl Sagan sendiri adalah pendukung eksplorasi kehidupan di luar Bumi, tetapi ia selalu menekankan bahwa kita membutuhkan bukti yang kuat sebelum menyimpulkan bahwa alien benar-benar ada dan telah mengunjungi kita.

Hingga saat ini, meskipun ada ribuan laporan tentang penampakan UFO, belum ada satu pun bukti ilmiah yang solid yang membuktikan bahwa kita telah dikunjungi oleh peradaban luar angkasa.



3. Teori Konspirasi Memberikan Sensasi dan Ketidakpercayaan pada Otoritas

Salah satu faktor terbesar yang membuat teori UFO dan konspirasi berkembang adalah ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan institusi sains.

  • Banyak orang percaya bahwa pemerintah menyembunyikan keberadaan alien karena takut publik akan panik atau karena ada agenda tersembunyi.
  • Salah satu teori paling populer adalah tentang Area 51, sebuah pangkalan militer rahasia di Nevada, AS, yang sering dikaitkan dengan eksperimen alien dan teknologi luar angkasa.

Namun, skeptisisme ini sering kali tidak didasarkan pada bukti yang kuat, melainkan hanya spekulasi dan ketidakpercayaan yang berkembang melalui media sosial dan komunitas daring.

Carl Sagan mengingatkan kita bahwa jika benar ada rahasia sebesar ini, maka pasti akan ada ilmuwan atau insinyur yang membocorkannya. Ilmu pengetahuan bekerja dengan transparansi dan berbasis bukti, bukan dengan menyembunyikan fakta dari publik.



4. Media dan Pop Culture Membentuk Cara Berpikir Kita

Sejak lama, film, serial TV, dan novel sci-fi telah membantu membentuk cara kita memandang UFO dan kehidupan luar angkasa.

  • Film seperti Independence Day, E.T., dan The X-Files membuat gagasan tentang alien terasa lebih nyata.
  • Teori konspirasi sering kali didramatisasi dalam media, membuatnya lebih menarik dibandingkan fakta ilmiah yang kompleks.

Sagan memperingatkan bahwa kita harus bisa membedakan antara hiburan dan kenyataan. Hanya karena sesuatu terlihat realistis di film, bukan berarti itu benar-benar terjadi.



5. Efek Dunning-Kruger: Merasa Tahu Lebih Banyak dari yang Sebenarnya

Teori konspirasi memberi ilusi bahwa mereka yang percaya “lebih pintar” dari orang lain yang mereka anggap “tertipu oleh pemerintah atau media.”

  • Ini adalah contoh dari Efek Dunning-Kruger, yaitu fenomena di mana seseorang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang suatu topik justru merasa lebih percaya diri dibandingkan para ahli yang telah meneliti topik tersebut selama bertahun-tahun.
  • Orang yang percaya teori konspirasi sering kali menganggap diri mereka sebagai “pemikir kritis” yang telah melihat kebenaran, padahal mereka justru menolak bukti ilmiah yang nyata.

Sagan mengingatkan bahwa berpikir kritis bukan berarti menolak semua informasi dari otoritas atau ilmuwan, tetapi justru mempertanyakan segala sesuatu dengan menggunakan logika dan bukti.



6. Fenomena Psikologis yang Mendukung Kepercayaan pada UFO

Ada beberapa fenomena psikologis lain yang membuat kita mudah percaya pada kisah-kisah tentang UFO dan teori konspirasi, antara lain:


a. Confirmation Bias (Bias Konfirmasi)

Kita cenderung mencari informasi yang mendukung kepercayaan kita dan mengabaikan bukti yang bertentangan.


b. False Memories (Ingatan Palsu)

Banyak orang mengaku diculik alien atau melihat UFO, tetapi penelitian menunjukkan bahwa ingatan manusia mudah dimanipulasi.


c. Sleep Paralysis

Banyak kasus “penculikan alien” sebenarnya bisa dijelaskan dengan sleep paralysis, di mana seseorang merasa terjebak antara tidur dan bangun, sering kali mengalami halusinasi.



Kesimpulan: Skeptisisme Sehat adalah Kunci

Carl Sagan bukan orang yang menolak kemungkinan kehidupan di luar Bumi. Sebaliknya, ia mendukung pencarian kehidupan di luar angkasa, seperti dalam proyek SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence). Namun, ia selalu menekankan bahwa klaim luar biasa memerlukan bukti luar biasa.

  • UFO hanyalah benda terbang yang tidak teridentifikasi, bukan berarti itu pasti pesawat alien.
  • Teori konspirasi berkembang karena faktor psikologis, sosial, dan budaya, bukan karena ada bukti nyata.
  • Skeptisisme yang sehat membantu kita memilah mana yang fakta dan mana yang hanya mitos.

Sebelum kita percaya bahwa ada alien yang mampir ke Bumi atau pemerintah menyembunyikan kebenaran besar, tanyakan dulu: Mana buktinya? 🚀

Rekomendasi Sains, kehidupan

Rekomendasi Sains, teknologi

Rekomendasi Evolusi, peradaban, sains

Rekomendasi Sains, SMA, matematika, 10

← Kembali ke Blog